Komunitas pencinta satwa bernama Herpetologi Mania, Sabtu (23/8/14)
memulai ekspedisi di hutan Simbahe, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara. Kelompok ini terdiri dari mahasiswa Biologi Universitas Sumatera
Utara (USU) dan mahasisiwa pasca sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
Mereka akan meneliti spesies amfibi di hutan itu. Saya ikut tim
mendokumentasikan berbagai temuan.
Tim ekspedisi meminta izin tokoh adat suku Karo, di pintu rimba
sekitar lokasi penelitian. Di sepanjang perjalanan, berbagai jenis
spesies ditemukan, bahkan seekor anak ular diperkirakan baru menetas
terlihat melintas.
Tim 10 orang ini dibagi menjadi dua. Lima orang mencari target di
perkebunan sekitar hutan, dan daratan. Tim kedua menelusuri jalur air
dan sekitar.
Dalam ekspedisi kali ini, mereka fokus mencari berbagai spesies amfibi, termasuk Ichthyophis,
yang jarang ditemui. Bentuk tubuh mirip cacing besar atau ular. Hidup
di dalam tanah gembur dekat sungai dan rawa-rawa. Belum banyak
penelitian dilakukan hingga satwa ini belum dikenal umum.
Salah satu tim, Farid Akhsani. Mahasiswa pasca sarjana ini peneliti jurusan bio sains hewan di IPB. Menurut dia, Ichthyophis
salah satu amfibi primitif. Secara morfologi seperti cacing tetapi
kekerabatan lebih dekat dengan amfibi. Di Indonesia, penelitian soal
spesies ini masih sedikit sekali.
Secara ekologis, Ichthyophis itu mendekati jenis katak dan kodok. Untuk fungsi ekologis, Ichthyophis
sebagai detrifor untuk mencerna zat-zat pembusukan, atau sebagai fungsi
penyeimbang penguraian zat-zat pembusukan tanah. Di Indonesia, ada 12
jenis Ichthyophis ditemukan.
Dia mengatakan, habitat satwa ini di hutan tropis, di kayu busuk dan
tumbuhan mati. Ia mengkonsumsi makanan hewan kecil makro fauna dan
misofauna atau hewan-hewan jenis itu di dalam tanah. Terhadap alam,
satwa jenis detrifora ini akan menghancurkan zat sisa pada alam seperti
keong dan siput.
“Dalam penelitian ini, kami mengeruk sampah dan mencari di kayu busuk
dan mati. Kalau anakan masih kecil hidup di air. Jika sudah dewasa ke
darat dan lokasi lembab. Kadang kembali ke air karena hidup di dua
alam,” kata Farid.
Hari itu, meskipun tidak menemukan Ichthyophis, mereka mendapatkan Leptobrachium hendricksoni, juga jarang ditemui. Mereka juga menemukan beberapa jenis lain seperti kodok puru (Bufo melanotictus). “Kami akan terus mencari agar penelitian ini bisa lebih lengkap.”
0 komentar:
Posting Komentar