Sabtu (29/3/14), sekitar 100-an muda-mudi sibuk ramai-ramai bersampo
di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta. Ada yang membasahi rambut. Ada
yang sibuk merapikan handuk. Sebagian sibuk menulis kata-kata ‘mutiara.’
Ada apa? Ternyata mereka tengah mempersiapkan diri buat berfoto-foto
selfie. Mereka berfoto buat menyuarakan penyelamatan hutan di Indonesia.
Di Indonesia, aksi serupa di lima daerah, yakni Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta dan Padang.
Gawe ini, serentak dilakukan di 13 negara sebagai aksi bersama
menyuarakan penyelamatan hutan Sumatera, Indonesia, dari jarahan
perusahaan-perusahaan sawit ‘kotor’. Aksi global yang digagas
Greenpeace ini mendesak Procter and Gamble (P&G), produk rumah tangga dengan salah satu produk samponya, Head & Shoulders, melepaskan
rantai pesokan sawit mereka dari perusahaan-perusahaan yang merusak
habitat harimau Sumatera, orangutan Sumatera, dan Kalimantan serta
satwa-satwa langka lain.
Gerakan ini berbeda-beda di tiap negara. Ada yang turun aksi seperti
di Jerman dan Indonesia. Ada lewat online seperti di India, Thailand,
Itali. Di Filipina tanam pohon, di Brazil dengan stickering (memberikan
label di produk-produk P&G). “Inggris lewat berfoto-foto selfie.
Intinya, bagaimana menyuarakan penyelamatan hutan di Indonesia yang
merupakan habitat Harimau, dan satwa langka lain,” kata Annisa
Rahmawati, Forest Researcher and Campaigner at Greenpeace Southeast Asia, hari itu.
Pada
akhir Februari 2014, Greenpeace mengeluarkan temuan yang memperlihatkan
P&G masih terlibat pembelian sawit dari pemasok yang tidak
diketahui jelas asal-usulnya. Greenpeacepun mendesak
agar perusahaan anggota RSPO ini berkomitmen melepas diri dari
rantai-rantai pasokan itu. “Tapi sampai sekarang belum ada respon
berarti. Beberapa hari lalu, serentak Greenpeace menelepon kantor-kantor
P&G di berbagai negara mendesak ini,” kata Annisa.
0 komentar:
Posting Komentar