Anoa dataran rendah, satwa Sulawesi, yang makin terancam. Di Sulawesi, populasi satwa ini antara lain di Gorontalo. Foto: Wikipedia
Demi menjaga keragaman hayati di Gorontalo, Burung Indonesia akan menjalankan pengelolaan bentang alam berkelanjutan dan restorasi ekosistem di Gorontalo mulai 2014.
Dalam program ini, akan dilakukan pemulihan kawasan hutan
Popayato-Paguat, dengan menghubungkan bentang alam lebih luas. Ia
meliputi dua kawasan hutan konservasi yaitu Cagar Alam Panua dan Suaka
Margasatwa Nantu, dan sembilan blok hutan lindung dengan luas total
sekitar 256.000 hektar.
Amsurya Warman Amsa, Senior Wallacea Program Officer Burung
Indonesia, menuturkan, tujuan utama program ini melestarikan keragaman
hayati dan meningkatkan penghidupan masyarakat di sekitar hutan. Program
lima tahun ini, katanya, mendapat dukungan penuh Pemerintah Jerman,
yakni Federal Ministry for the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) melalui Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) Development Bank.
“Program ini memang didesain memberikan manfaat kepada para pihak
yang menekankan pencapaian penguatan sumber penghidupan masyarakat dan
ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim,” katanya kepada Mongabay, Senin (17/2/14).
Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Burung
Indonesia tahun 2009 di blok hutan Popayato-Paguat, mengungkapkan, lebih
dari 36 burung dan 10 mamalia endemik Sulawesi ada di Gorontalo.
Antara lain, maleo senkawor, julang sulawesi, anoa, dan babi rusa.
Kondisi ini menunjukkan, Gorontalo merupakan daerah penting bagi
keragaman hayati.
Amsurya mengungkapkan, hutan alam Popayato-Paguat, penting bagi
keragaman hayati Sulawesi dan kelangsungan hidup daerah-daerah sekitar.
Hutan alam ini, katanya, menjadi sumber mata air utama untuk empat
sungai besar di Gorontalo yaitu Sungai Paguyaman, Sungai Malango, Sungai
Taluditi, dan Sungai Wanggahulu.
Dian Agista, Kepala Divisi Konservasi Program Burung Indonesia,
mengatakan, pengelolaan lintas fungsi hutan, non hutan perlu lestari
untuk memberikan manfaat ekonomi dan ekologis optimal serta
berkelanjutan.
Sejak 2009-2013, Burung Indonesia banyak pengkajian awal dan
konsultasi terkait rencana pengembangan restorasi ekosistem (RE) dan
memperkuat konektivitas bentang alam di Gorontalo. “Burung Indonesia
juga mulai membangun kerjasama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten
serta masyarakat sekitar hutan.”
source : link
source : link
0 komentar:
Posting Komentar