Subuh, sekitar pukul 3.00-4.00, induk penyu mulai naik ke daratan untuk bertelur. Foto: Ayat S Karokaro
Aksi saling kejar-kejaran antara pasukan TNI, penjaga Pulau Berhala, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut), dengan sejumlah pemuda yang menyandarkan kapal di pulau terdepan dan tak berpenghuni itu, terjadi Sabtu dini hari (14/12/13).
Pasukan TNI AL dan AD ini coba menyergap enam pemuda, yang tengah
mengeruk pasir putih, mencari telur penyu. Beruntung, aksi berhasil
digagalkan. Para pemuda yang melihat pasukan TNI berpatroli, langsung
kabur. Mereka menaiki kapal yang biasa untuk mencari ikan.
Setelah menimbun kembali telur-telur penyu itu, pasukan TNI kembali
melakukan patroli di pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan
Vietnam ini. Namun, ketika pagi, lubang telur penyu itu sudah terbuka
lebar. Cangkang hancur.
Apa yang terjadi? Ternyata telur-telur penyu itu, sudah rusak dimakan
biawak. Reptil ini paling banyak ditemukan di pulau ini. Pulau masih
hutan lebat dan berbukit.
Letda Marinir Sodikin, komandan pleton penjagaan dan pengamanan Pulau
Berhala, menyatakan, mereka berupaya menjaga telur-telur penyu ini,
dengan mengeramkan, setelah menetas, barulah dilepaskan ke laut.
Penyelamatan telur penyu ini, karena banyak sekali ancaman. Manusia,
ingin mengambil dan menetaskan, lalu dijual dengan harga tinggi.
Sedangkan satwa pemangsa, memakan telur tanpa sisa. “Serba salah.
Manusia rakus mau mengambil dan menjual telurnya. Ada juga yang
menangkar, setelah menetas dijual mahal. Kalau biawak, satu pemangsa
yang mengancam berkembang penyu disini.”
Menurut dia, ada beberapa cara penangkaran dan penetasan telur penyu
di Pulau Berhala ini. Salah satu, petugas marinir menyisir pantai setiap
pukul 03.00-04.00. Saat itu, induk penyu datang ke daratan, dan
mengeruk pasir lalu masuk bertelur. Setelah itu, menutup, dan sang induk
kembali ke laut.
Saat itulah, mereka mengambil telur-telur penyu ini, dan membawa
telur penyu ke tempat penangkaran di bibir pantai pulau. Setelah menetas
dan usia penyu dua minggu, mereka langsung melepaskan ke laut dengan
harapan berkembang biak.
Yang ditangkarkan di Pulau Berhala ini, katanya, penyu sisik dan
penyu hijau. Kedua jenis penyu ini, terus diburu nelayan, diambil kulit
dan daging. Daging penyu ini dianggap mampu meningkakan kekebalan tubuh.
Tak pelak, penyu ini berharga mahal. “Populasi mulai langka. Mau tidak
mau, kami ambil langkah penyelamatan telur-telur ini, untuk
ditangkarkan, setelah menetas, segera dikembalikan ke laut.”
Pulau Berhala, dijaga 24 marinir, dan Yon 126 sebanyak 10 orang.
Pulau ini paling dekat dengan Pulau Datuk, Malaysia. Jumlah mereka,
tersebar di tiga pulau, yaitu Pulau Nipah, Pulau Sekatung, dan Pulau
Rondo.
Indah Dwi Kumala, Kepala Bahagian Humas Pemerintahan Kabupaten
Serdang Bedagai, mengatakan, penangkaran penyu ini ada sejak 10 tahun
lalu. Saat pemekaran dari Deli Serdang, ke Serdang Bedagai,
menyelamatkan penyu-penyu ini dimulai, dengan menetaskan telur di tempat
yang disiapkan. Setelah menetas, anak-anak penyu lalu dikembalikan ke
lautan lepas untuk berkembang biak.
“Yang kita lepas liarkan lebih dari 2.000 ekor. Sirkulasi alam
berjalan. Ada hidup dan berhasil selamat dari buruan orang, ada yang
mati karena dibunuh dan dimakan pemangsa. Tetapi penyelamatan penyu ini
akan terus kami lakukan.”
Menurut dia, sedikitnya ada 1.500 lebih nelayan dari Kabupaten Sergai
dan Kabupaten Batu Bara, mencari ikan di perairan Pulau Berhala ini.
Sebagian lagi ada yang berpura-pura menjadi nelayan, dan mencuri telur
dan induk penyu untuk dijual.
Di perairan Serdang Bedagai, selain ada yang dilarang diambil seperti
penyu, ada yang diizinkan, antara lain kerapu, cumi-cumi, talang,
tongkol, grisi, dan banyak lagi. Sedang yang mudah ditemukan di
perairan Pulau Berhala ini, seperti kerang, dan kepiting.
Lantas bagaimana tanggapan organisasi pecinta satwa dengan penangkaran penyu ini? Menurut Rosek Nursahid, Chairman Of ProFauna,
pada prinsipnya jika penangkaran penyu memenuhi kaedah-kaedah
konservasi dan kesejahteraan satwa, dapat didukung dan diterima. Asal
jangan menjadi modus tertentu saja untuk diperjualbelikan.
Pengamatan ProFauna di berbagai daerah, kesalahan pertama yang
terjadi ketika penyu menetas menjadi tukik, ditahan lama dan tidak
segera dilepas. Seharusnya, begitu menetas, harus segera dilepas agar
kemungkinan beradabtasi dengan alam lebih besar jika.
Dia menjelaskan, anak penyu memiliki cadangan ion, pasokan protein di
tubuh. Jika anak-anak penyu itu beradaptasi dan proses belajar di alam
berlangsung normal, mereka masih punya cadangan makanan. Namun, jika
ditahan lebih lama, tak baik buat perkembangan tukik.
Untuk itu, penangkaran sebaiknya tidak lebih dari 24 jam. Setelah
menetas sebelum waktu itu, sebaiknya dilepas ke laut tetapi ada
toleransi hingga dua minggu. “Nah, jika penangkaran penyu di Pulau
Berhala itu semestinya, ProFauna mendukung dan memberikan apresiasi.”
Menuju Pulau Berhala, dengan menaiki kapal nelayan memakan waktu
lebih dari empat jam dari dermaga kecil Kabupaten Serdang Bedagai. Dari
Medan, memerlukan tujuh jam untuk sampai ke lokasi ini. Ombak tinggi. Di
tengah perjalanan, akan terlihat kicauan bangau, dan sesekali
lumba-lumba menemani perjalanan. Setiba di lokasi, laut terlihat jernih.
Karang indah menghiasi dasar laut di perairan pulau ini.
Pulau ini meliputi dataran tinggi berbukit, hutan tropis, lereng
curam, pantai, dengan kekayaan biota laut. Di hutan berbukit, ada
biawak, ular, burung, dan sejumlah fauna lain. Di bagian utara ke arah
Malaysia, bibir pulau curam, berbatu dan dalam. Di bagian selatan, cukup
indah dengan gradien pantai sangat landai.
Ketika malam tiba, bagi yang ingin menyaksikan induk penyu bertelur,
harus tahan tidak tidur. Sekitar pukul 3.00-4.00 dini hari, induk penyu
muncul, menuju daratan dan bertelur.
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar