skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Sabtu, 30 April 2011

Rossi goes to campus Universitas Jambi

Diposting oleh Maysatria Label: News
Author : Kerlin Maysatria
Fakultas Pertanian Universitas jambi

Hari ini tanggal 30  April 2011 Acara Rossi goes to campus di adakan di kampus Universitas Jambi. Acara berlangsung meriah, tertib, dan dihadiri sekitar 3000 mahasiswa. Pengunjung sudah mengantri dari jam setengah 8 pagi dan acara dimulai pukul setelngah 10. Pada saat Rosiana Silalahi datang semua mahasiswa bersorak dan mencari darimana munculnya, ternyata datang dari arah atas balairung. 
Saya senang sekali bisa hadir walau memang banyak kendala yang terjadi mulai dari harus praktikum pagi dan pada akhirnya harus bolos di kuliah ke 2. Walaupun begitu ilmu yang didapat juga banyak dan banyak diberikan motivasi-motivasi kepada kami agar bisa membuat Indonesia semakin tangguh. 
Kesan dan pesan saya dalam acara ini adalah kepada teman-teman semua agar lebih memotivasi diri agar dapat melakukan hal yang terbaik untuk diri kita dan lebih lluasnya untuk negara kita. ^_^





Ini beberapaka kata-kata singkat yang dapat saya tulis dari pembicara di acara ini


1. Menteri kehutanan : zulkifli hasan


Program indonesia untuk rakyat di bidang kehutanan adalah hutan berbasis rakyat, jadi masyarakat di sekitar hutan boleh mengelola hutan tersebut .














2. Wenny Wahid


Walaupun sudah menikah tetap aktif di dunia politik karena ingin mewujudkan Indonesia tangguh.






 3. Gubernur Jambi : Hasan Basri Agus


 Ingin mewujudkan Jambi emas















 4. Bupati Tanjung Jabur Timur : Zumi Zola


Sebaik-baiknya orang adalah orang yang berbuat baik kepada orang lain














 beberapa foto yang saya dapat dari acara ini

 




Terima kasih atas kedatanganya di kampus kami :salam Indonesia TANGGUH
0 komentar

Jumat, 22 April 2011

Petugas TNKS tak Kenal Ganja

Diposting oleh Maysatria Label: News
Ladang ganja 1,5 hektare tidak terdeteksi
Sungaipenuh, Tribun- petugas Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) mengaku tidak bisa membedakan mana tumbuhan ganja dan mana yang bukan. Ladang ganja yang ditemukan di Desa Renah Pemetik, kecamatan Siulak, kabupaten KErinci, seluas 1.5 hektare tidak bisa didektesi petugas.
Petugas bidang dana evaluasi dan humas balai besar TNKS Syarifha, saat dikonfirmasi mengakui hal tersebut. Ia mengatakan , keberadaan ganja di kawasan TNKS memang sangat sulit dideteksi.
“kemungkinan jika ketemu saat berpatroli, petugas TNKS juga bisa membedakan mana ganja dan mana yang bukan, sehingga keberadaannya sulit di deteksi, “ujar Syarifha, saat di konfirmasi Tribunm Kamis(21/4).
Menurutnya, untuk mendeteksi keberadaan ganja di dalam kawasan TNKS pihaknya bekerjasama dengan pihak kepolisian. “kita akui kelemahan kita. Apalagi luas TNKS tidak berimbang dengan petugas yang menjaganya. Dari Muara Emat sampai ke Renah Pemetik, hanya ada 4 orang petugas yang menjaganya,”jelasnya.
Untuk memastikan keberadaan ganja yang ditemukan di kawasan renah Pemetik,TNKS juga ikut menyertakan anggota mereka ke lokasi, “sampai saat ini petugas kita masih di lapangan, “terang Syarifha.
Sebelumnya lading ganja seluas 1,5 hektare ditemukan warga di kawasan desa Renah Pemetik, kecamatan Siulak kabupaten kerinci, lokasinya di sekitar gunung Kaca masuk dalam kawasan TNKS.
Kapolres KErinci, AKBP Hastho Rahardjo, emlalui kasat narkoba AKP Evi Setianugraha, saat dikomfirmasi mengatakan personel polres KErinci yang terdiri dari satnarkobareskrim, dan jajaran polsek, yang dibantu porsonel brimop sudah diterjunkan ke lokasi lading ganja tersebut.
“Ya, emamng benar ditemukan lahan ganja di desa Renah Pemetik yang luasnya lebih kurang 1,5 hektare. Saat ini tim dari polres Kerinci yang berjumlah 90 orang sudah meluncur ke lokasi tersebut, “ujar Evi, saat dikonfirmasi Tribun via telepon, rabu (20/4).
Menurutnya, penemuan lading ganja tersebut berdasarkan informasi dari masyarakat yang sudah sejak lama mencurigai tanaman ganja tersebut.
“begitu mendapatkan informasi anggota langsung bergerak ke TKP dengan membawa senjata lengkap, sebagi langkah antisipasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya.
.
Source : Tribun jambi
0 komentar

Minggu, 17 April 2011

Budidaya tanaman Akasia

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry

 Tidak bisa disangsikan lagi, bahwa pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman memerlukan penerapan teknik-teknik silvikultur yang intensif untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tegakan secara lestari dan berkesinambungan. Penerapan teknik silvikultur intensif, dimulai ketika memilih spesies yang cocok dan sesuai ditumbuhkan pada lahan yang ada, serta diintegralkan kedalam industri Atau peluang pasar. Di dalam operasional kegiatannya, perlu dicari dan ditentukan teknik-teknik yang mudah dan mendukung dalam memperoleh produktivitas yang tinggi, sekaligus meningkatkan mutu lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat (Arisman, 2000). Untuk itu perlunya penataan areal (di awal kegiatan), dan penerapan teknologi dan dukungan ilmu pengetahuan pada setiap komponen kegiatan.

Penataan areal
Sebelum dilakukannya pembangunan tanaman, proses pertama yang dilakukan adalah penataan areal. Secara garis besar areal bisa dibagi menjadi Wilayah-wilayah (berdasarkan letak geografis dan luas areal). Kemudian dari wilayah ini dibagi ke dalam beberapa unit, dengan luas 15.000 - 20.000 ha. Unit dibagi lagi ke dalam blok, dengan luas sekitar 5.000 ha. Kemudian, blok dibagi ke dalam subblok, dengan luas sekitar 1.000 ha, dan sub-blok dibagi kedalam petak seluas 50 ha, arah utara-selatan 1.000 m, dan barat-timur 500 m. Petak merupakan satuan pengelolaan terkecil. Tetapi petak ini bisa terbagi lagi menjadi anak petak.Pada daur kedua, setelah penebangan daur pertama, dilakukan rekonstruksi petak berdasarkan kondisi geografis, dengan diterapkannya teknologi sistem informasi geografi (geographic information systems).Untuk mendukung operasional, dibangunlah infrastruktur, seperti jalan utama, jalan cabang, jalan tanam maupun jalan inspeksi, jembatan, dan sebagainya. Areal yang dipakai untuk infrastruktur ini, mencapai sekitar 20 m2/ha. Untuk mendukung kelestarian hutan dan lingkungan, perlu dipertahankannya kawasan hutan konservasi, zona proteksi (lebung, dan sempadan sungai), serta penanaman jenis lokal dan MPTS (multi purpose trees species).

Sistem silvikultur
Sistem silvikultur yang diterapkan untuk jenis Acacia mangium adalah tebang habis permudaan buatan. Sistem ini sesuai diterapkan pada lahan-lahan terdegradasi untuk tujuan pengusahaan hutan tanaman, dengan memakai teknik silvikultur yang intensif. Oleh karenanya, diperlukan areal yang luas dan relatif kompak, sehingga dapat dibuat tegakan tanaman yang sama umur, seragam dan berkesinambungan dengan produksi yang tnggi dan kualitas yang baik. Selain untuk produksi pulp, Acacia mangium juga baik digunakan sebagai kayu pertukangan. Pada petak- petak untuk menghasilkan kayu pertukangan dilakukan penjarangan. Hasil penjarangan ini dapat dimanfaatkan untuk bahan pulp, particle board atau energi.


Pengadaan Benih
Bibit A. mangium yang digunakan berasal dari benih dan diproduksi di persemaian. Pada awalnya, digunakan benih dari tegakan benih lokal yang belum terimprove, tetapi selanjutnya harus ditingkatkan dengan menggunakan benih unggul (asal benih maupun famili terpilih) dari hasil program pemuliaan pohon. Dilihat dari nilai riap, hasil penelitian di Subanjeriji terdapat 5 provenans (dari 20 provenan) yang paling baik adalah berasal dan Papua Niugini dan Queensland, yaitu Oriomo R (PNG), Olive R (QLD), Wipim (PNG), Lake Muarray (PNG), dan Kini (PNG). Tetapi, apabila dilihat dari nilai/indeks kelurusan batang dan persistensi sumbu batang, 5 provenans terbaik adalah Oriomo R (PNG), Wipim (PNG), Muting (Merauke), Kuru (PNG), dan INHUTANI (Pohon plus) (Siregar dan Khomsatun, 2000). Untuk membangun tegakan kayu pertukangan, perlu dipertimbangkan pemakaian benih yang mempunyai indeks kualitas bentuk batang dan kelurusan tinggi, di samping riap pertumbuhannya. Program pemuliaan pohon harus terus dilakukan, seperti upaya peningkatan genetik melalui seleksi provenans dan seedlot, dalam rangka menghasilkan bahan tanam yang terbaik dan paling menguntungkan. Saat ini, untuk menyebut contoh, di Sumatra Selatan telah terdapat area produksi benih (SPA; Seed Production Area) seluas 96,8 ha, kebun benih semai generasi pertama (SSO; Seedling Seed Orchard) seluas 49,5 ha, dan telah dibangun kebun benih campuran (composite seed orchard) seluas 14,5 ha. Setiap tahunnya, dari areal kebun benih seluas itu, mampu diproduksi benih A. mangium lebih dari 1 ton

Persemaian
Pada awalnya (uji coba dan pengalaman awal) bibit diproduksi dalam kantong polybag dengan media topsoil, sabut kelapa sawit, dan gambut. Tetapi setelah melalui serangkaian penelitian, kemudian didapatkan container dan bahan yang efektif dan ekonomis, yaitu memakai polytube dan side slit, yang dapat merangsang pertumbuhan akar. Media yang dipakai adalah seresah yang diambil dari lantai hutan tanaman A. mangium dicampur dengan topsoil (perbandingan 70:30) atau sisa kulit A. mangium dari pabrik pulp yang telah dikomposkan. Bibit dipelihara selama 3 bulan, kemudian dilakukan sortasi (grading). Standar bibit dilakukan agar bibit yang sampai ke lokasi penanaman benar-benar memiliki kualitas yang baik, seragam, mampu hidup dan tumbuh dengan baik. Bibit A. mangium yang berkualitas baik dan diperbolehkan untuk dikirim ke lapangan adalah yang mempunyai tinggi bibit 25-30 cm dan diameter > 3,0 mm, batang keras dan lurus, warna kecoklatan, daun tebal hijau, struktur akar kompak, media tidak pecah, bebas hama dan penyakit serta segar. Bibit diangkut ke lokasi pertanaman memakai truk atau traktor. Untuk menjaga kualitas bibit, perlu dibuatkan tempat penampungan bibit (TPB) sementara di dekat lokasi pertanaman.

Persiapan lahan
Pada tahap awal pembangunan HTI, lahan alang-alang bertopografi datar/landai (kemiringan <15%),> 22 cm untuk kayu gergajian.Membangun tegakan untuk kayu pertukangan melalui proses penjarangan. Selain untuk kayu konstruksi dan pertukangan, peruntukan kayu A. mangium yang lain adalah sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Hashim et.al. (1998) melaporkan bahwa ketebalan papan partikel kayu A. mangium setara dengan papan partikel kayu karet. Kayu A. mangium dapat juga diproses menjadi vinir dan kayu lapis. Vinir yang dihasilkan bersifat teguh, halus dan kualitasnya dapat diterima. Studi pembuatan kayu lapis dengan menggunakan perekat phenol formaldehide atau penol resin memberikan kualitas kayu lapis yang dapat diterima atau melebihi persyaratan minimum (Abdul-Kader and Sahri, 1993; Yamamoto, 1998). Abdul-Kader dan Sahri (1993) juga membuktikan bahwa kayu A. mangium dapat dipakai sebagai bahan MDF yang memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan MDF dari beberapa spesies di Jepang, seperti Pinus resinosa, Cryptomeria japonica, Chamaecyparis obtusa dan Larix leptolepis. Kayu A. mangium telah digunakan sebagai bahan baku oleh beberapa perusahaan MDF di Indonesia. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa keteguhan lentur dan geser LVL (laminated veneer lumber) dari kayu A. mangium lebih baik daripada nilai minimum (Abdul-Kader and Sahri, 1993). Kayu A. mangium telah dicoba untuk pembuatan OSB (oriented strand board) yang hasilnya menunjukkan bahwa stabilitas dimensi dan kekuatannya memenuhi standar persyaratan Jepang (Lim, et.al., 2000) Pembuatan arang dari kayu A. mangium telah dicoba (Hartoyo, 1993; Nurhayati, 1994; Pari, 1998; Fakultas Kehutanan, UGM 2000; Okimori et.al., 2003), dan berkualitas baik. Dengan diolah menjadi briket arang, nilai kalor dan karbon terikat meningkat, dan hasilnya lebih baik apabila dibandingkan dengan briket batubara (Fakultas Kehutanan UGM, 2000).

Membangun tegakan kayu pertukangan
Pada prinsipnya, silvikultur hutan tanaman untuk menghasilkan kayu pertukangan sama dengan membangun tegakan untuk bahan pulp (hingga umur tanaman 2 tahun). Setelah umur 2 tahun terdapat perbedaan, yaitu adanya kegiatan penjarangan (thinning), pemangkasan cabang (pruning), dan perawatan lanjutan. Penjarangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah pohon dalam tegakan dan memberikan ruang tumbuh yang cukup untuk memperoleh tegakan berdiameter pohon besar. Pemangkasan cabang dimaksudkan untuk menghilangkan percabangan untuk mengurangi cacat mata kayu (knot) yang berpengaruh pada kualitas kayu yang dihasilkan. Agar tegakan kayu pertukangan berkualitas baik, maka perlu dilakukan tahapan-tahapan, antara lain penentuan petak, kegiatan penjarangan, pemangkasan cabang dan perawatan (Gunawan, 2003).

Penentuan petak
Petak yang ditentukan sebagai calon tegakan kayu pertukangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Tanaman telah berumur antara 2 – 3 tahun, tajuk (canopy) sudah saling menutup, diameter (dbh)batang sudah mencapai 9 – 12 cm, dan tinggi mencapai 7 – 9 m.
  2. Pohon-pohon didalam Petak memiliki pertumbuhan yang baik (tinggi rata-rata 8 m, diameter rata- rata 11 cm) serta kualitas batang yang baik (lurus, tidak menggarpu (forking) sampai ketinggian 6 m).
  3. Luas petak memadai , sehingga hanya diperlukan sedikt jumlah petak untuk mencapa target dan letaknya mengelompok agar lebih mudah dalam pelaksanaan
  4. Aksesibilitas petak baik, yaitu dekat jalan dan tidak terpencil jauh. Hal ini untuk memudahkanpengawasan dan pengamatannya

Penjarangan
Penjarangan dilakukan dalam 2 tahap dalam 1 daur tanaman. Setiap tahap menghilangkan 50% dari populasi yang ada. Penjarangan tahap pertama, dilakukan saat tanaman umur 2 tahun. Metode yang dipakai adalah selektif dan sistematik. Metode selektif, dilakukan dengan cara memilih tegakan yang mempunyai sifat baik untuk kayu pertukangan, seperti kelurusan batang, ketinggian bebas cabang, diameter batang, dan kesehatan tanaman. Metode sistematik hanya dilakukan pada jalur sarad (setiap jarak 50 m), yaitu menebang seluruh pohon pada jalur sarad. Jalur sarad ini dipakai untuk akses mengeluarkan kayu hasil penjarangan untuk dimanfaatkan dengan tujuan lain (pulp, energi, papan partikel dsb). Penjarangan tahap kedua dilakukan sewaktu tajuk antar-tanaman sudah saling menutup kembali (tanaman berumur 4 – 5 tahun). Penebangan (penjarangan) menggunakan chainsaw ukuran kecil, dan dilakukan secara hati-hati karena pola tebangnya tidak teratur. Rebah pohon tebangan diarahkan sedemikian rupa, sehingga tidak merusak tajuk pohon-pohon yang ditinggalkan. Batang hasil penebangan dipotong-potong sesuai kebutuhan untuk dimanfaatkan dan dikumpulkan (secara manual) di pinggir jalur sarad, kemudian dikeluarkan ke TPn (pinggir jalan)


Perawatan lanjutan
Perawatan tanaman setelah penjarangan yang perlu dilakukan adalah kegiatan pemangkasan cabang dan pengendalian gulma (weeding). Pemangkasan cabang dilakukan dua kali; bersamaan penjarangan pertama, dan setahun setelah penjarangan pertama. A. mangium mempunyai kemampuan self pruning yang sangat rendah, oleh karenanya sangat penting dilakukan pruning untuk memperoleh kayu pertukangan yang baik. Keterlambatan tindakan pruning akan mengakibatkan beberapa hal:

  1. Mengurangi sifat keteguhan kayu, karena serat mata kayu relatif tegak lurus serat batang pohon,
  2. Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu,
  3. Mengurangi keindahan permukaan kayu, dan
  4. Menyebabkan berlubangnya lembaran-lembaran veneer

Pohon-pohon tinggal harus dipangkas cabangnya menggunakan gergaji pangkas atau gunting pruning. Pemangkasan dilakukan dengan memotong cabang tepat pada leher cabang. Pemangkasan yang meninggalkan sisa cabang, akan menyebabkan sisa cabang tersebut mati dan membusuk yang pada akhirnya menjadi jalan bagi infeksi jamur, disamping akan membuat kayu cacat. Sebaliknya, pemangkasan terlalu dalam akan meninggalkan luka besar yang membutuhkan waktu lama untuk penyembuhannya. Pemangkasan yang tepat akan meninggalkan luka yang kecil dan tanpa sisa cabang, sehingga luka akan cepat tertutup kembali oleh kalus. Setiap periode pemangkasan, tajuk hidup yang ditinggalkan minimal sebesar 50% dari tinggi pohon. Meninggalkan tajuk kurang dari 50% akan menghambat pertumbuhan diameter pohon. Pada akhirnya nanti diharapkan kayu pertukangan yang dihasilkan memiliki batang bebas mata kayu sampai pada ketinggian 4–6 m. Oleh karena itu pemangkasan cabang dilakukan sampai setinggi 4,2 m dimana 0,2 m adalah cadangan untuk kerusakan dan pecah ujung. Weeding setelah penjarangan, tidak seintensif seperti 2 tahun pertama. Kalau weeding pada dua tahun pertama bertujuan untuk mengurangi kompetisi dengan gulma, maka kegiatan weeding pasca penjarangan ini lebih ditujukan untuk mepermudah akses inventory dan supervisi, dalam mendapatkan tegakan kayu pertukangan yang berkualitas





Biaya pembangunan tegakan kayu pertukangan
Pembangunan tegakan A. mangium untuk pertukangan hingga umur 2 tahun sama dengan biaya pembangunan untuk bahan pulp. Tetapi setelah umur 2 tahun diperlukan tambahan biaya, yaitu penjarangan, pemangkasan cabang dan perawatan. Total biaya operasional dari awal hingga siap panen adalah Rp. 2.841.250,-/ha (diluar biaya investasi dan overhead)

Kesimpulan
  1. Hutan tanaman merupakan sebuah keniscayaan untuk menyediakan bahan baku industri secaraberkelanjutan.
  2. Pemilihan jenis-jenis cepat tumbuh dilakukan untuk memenuhi pertimbangan ekonomi, finansial dan tuntutan kesejahteraan masyarakat sekitar. A. mangium merupakan jenis yang memenuhi syarat untuk diusahakan, mudah dibudidayakan, adaptable untuk lahan-lahan marginal, produktif dan responsif terhadap upaya pemuliaan pohon, serta multiguna
  3. Penerapan silvikultur intensif, manipulasi genetik dan pemuliaan pohon, mutlak diperlukan untuk peningkatan riap dan kualitas kayu
  4. Pemilihan jenis cepat tumbuh dan penerapan silvikultur intensif merupakan langkah awal yang harus segera ditempuh untuk memupuk sumberdaya guna membangun kembali kehutanan Indonesia.
7 komentar

Senin, 11 April 2011

Perlakuan bibit Pinus (Pinus merkusii)

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese)

Taksonomi dan tatanama
Famili: Pinaceae
Sinonim: P. sumatrana Jungh.; P. finlaysoniana Wallich; P. latteri Mason; P. merkiana Gordon.
Nama lokal: tusam (Indonesia.); uyam (Aceh); son song bai (Thai); merkus pine (perdagangan); mindoro pine (Philipina); tenasserim pine (Inggris).


Spoiler for sketsa buah pinus: 
1. Bunga jantan; 2. Bunga betina; 3. Buah muda (kuncup); 4. Buah merekah.


Penyebaran dan habitat
Satu-satunya pinus yang sebaran alaminya sampai di selatan katulistiwa. Di Asia Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tersebar 23OLU-2OLS. Di Pulau Hainan (China) diperkirakan hasil penanaman. Di Jawa dan Sulawesi Selatan (Indonesia) juga merupakan hasil penanaman. Tumbuh pada ke-tinggian 30 - 1.800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan iklim. Curah hujan tahunan rata-rata 3.800 mm di Filipina hingga 1.000-1.200 mm di Thailand dan Burma. Di tegakan alam Sumatra (Aceh, Tapanuli dan Kerinci), tidak satu bulanpun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak ada bulan kering. Suhu tahunan rata-rata 19-28oC.

Kegunaan
Kayunya untuk berbagai keperluan, konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api dan sumpit. Sering disadap getahnya. Pohon tua dapat menghasilkan 30-60 kg getah, 20-40 kg resin murni dan 7-14 kg terpentin per tahun. Cocok untuk rehabilitasi lahan kritis, tahan kebakaran dan tanah tidak subur.

Deskripsi botani
Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m, diameter 60-80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan, panjang 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.

Spoiler for pohon pinus: 


Deskripsi buah dan benih
Buah: Berbentuk kerucut, silindris, panjang 5-10 cm, lebar 2-4 cm. Lebar setelah terbuka lebih dari 10 cm.
Benih: Bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik menghasilkan 2 benih. Panjang sayap 22-30 mm, lebar 5-8 mm. Sayap melekat pada benih dengan penjepit yang berhubungan dengan jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga benih tetap melekat saat disebar angin selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih meningkat. Umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih per kg. 

Pembungaan dan pembuahan
Strobili jantan dan betina dapat ditemukan sepanjang tahun. Puncak pembungaan di Indonesia Maret dan berakhir Juni. Penyerbukan oleh angin. Perkembangan menjadi buah selama 11-15 bulan. Di Indonesia puncak pembuahan bulan Mei-Juli, bervariasi menurut pohon maupun antar tegakan. Pohon mulai menghasilkan benih setelah umur 10-15 tahun. Benih disebarkan angin.

Pemanenan benih
Waktu pemanenan benih ketika sebagian besar kerucut berubah hijau kecoklatan. Kemasakan diperiksa dengan membelah benih. Benih tua bila endosperm berwarna putih dan padat, serta memenuhi seluruh rongga benih. 
Benih dikumpulkan dengan memanjat untuk memetik kerucut dengan galah berkait yang dilengkapi pisau.

Penanganan dan pemrosesan buah dan benih 
Kerucut hijau kecoklatan dipisahkan dari yang hijau, dan langsung dijemur. Kerucut hijau di-peram dengan cara dihamparkan hingga berwarna hijau kecoklatan dalam bak yang alasnya terbuat dari ram kawat. Benih diekstraksi dengan penjemuran kerucut. Ekstraksi dengan membelah akan meng-hasilkan benih yang belum masak dan merusak benih sehingga menurunkan daya kecambah. Benih kemudian dibersihkan dari sayap dengan cara manual, yaitu digosok di atas ayakan atau secara mekanik dengan pengaduk semen yang diputar 10 – 15 menit. Untuk memudahkan pelepasan sayap, benih dibasahi dengan air (5-10%), kemudian digosok, atau masukkan ke dalam mesin lalu diputar 15 menit. Selanjutnya, benih dipisahkan dari sayap, kemudian dikeringkan.

Penyimpanan dan viabilitas
Benih termasuk ortodoks, dan dapat disimpan selama 5 tahun pada kadar air 6-8%, suhu 3-4oC dalam wadah kedap udara atau kantung plastik. Benih yang disimpan pada suhu kamar (20-30oC), daya kecambahnya hanya dapat dipertahankan selama 1 tahun.

Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Tidak mengalami dormansi dan tidak perlu perlakuan khusus untuk memulai perkecambahan. Merendam benih pada air dingin 24 jam sebelum penaburan dapat mempercepat dan menyerempakkan perkecambahan.

Penaburan dan perkecambahan
Perkecambahan dimulai 7 hari setelah penaburan. Daya kecambah 80% dapat dicapai dalam 12-15 hari. Benih dapat langsung ditabur pada kantung plastik (1-2 butir per kantung) atau disebar dahulu lalu disapih ke kantung plastik setelah panjang kecambah mencapai 3-4 cm. Media penyapihan bermikorhiza yang terdiri dari campuran pasir dan tanah humus dari tegakan pinus perbandingan 3:1. Bibit siap tanam setelah 9 – 10 bulan.

Source : link
0 komentar

Jumat, 08 April 2011

Perlakuan bibit Tembesu (Fagraea fragrans)

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
INFORMASI BUDIDAYA TEMBESU
(Fagraea fragrans)

  1. PENDAHULUAN
    Tembesu (Fagraea fragrans) termasuk kedalam famili Loganiaceae. Daerah penyebarannya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, dan Irian Jaya. Tempat tumbuh pada tanah datar dan sarang atau tempat yang tidak becek, tanah liat berpasir, dengan type curah hujan A sampai B pada ketinggian 0–500 dpl.
    Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang sampai 25 m, diameter 80 cm atau lebih, dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu.
    Ciri umum kayu tembesu adalah kayu teras berwarna coklat sampai kuning muda dan kayu gubal umumnya berwarna lebih muda. Tekstur kayu halus sampai agak halus. Permukaan kayu agak mengkilap.
    Kegunaan kayu tembesu terutama untuk konstruksi bangunan berat di tempat yang terbuka maupun berhubungan dengan tanah, balok jembatan, tiang rumah, lantai dan barang bubutan. Tanaman tembesu dapat dipanen setelah berumur 50 tahun atau lebih dengan diameter 50–80 cm. Tanaman tembesu berbunga bulan Mei – Agustus dengan susunan bunga dalam bentuk mali. Pohon tembesu mempunyai buah yang banyak dan mengandung biji sangat kecil. Jumlah buah per kilogram 6.600, sedangkan jumlah biji yang sudah kering sebanyak 5.800.000 butir perkilogram.
  2. PEMILIHAN BENIH
    Untuk keperluan pembibitan, pemilihan benih dilakukan pada buah yang benar-benar sudah masak yang ditandai buah berwarna merah atau merah terang.
    Buah yang sudah masak dipetik dan dipisahkan dari buah yang kecil dan kotoran buah, selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan cara meremas-remas buah sambil merendamnya dalam air. Apabila kulit buah sudah pecah maka dilakukan penyaringan dengan ayakan 0,001 mm, selanjunya biji dikeringkan. Biji yang sudah kering tahan dismpan selama lebih kurang 3 bulan apabila disimpan dalam tempat yang rapat masih mempunyai daya kecambah 65%.
  3. PEMBIBITAN
    Sebetulnya perbanyakan tanaman tembesu dapat terjadi secara alamiah, hal ini dapat dilihat pada bekas tebangan tembesu, banyak tumbuh kelompok-kelompok anakan muda. Akan tetapi bibit dari permudaan alam sulit diadakan pengaturan, baik jarak tanam maupun jika dibutuhkan dalam skala besar. Untuk itu perlu diadakan perbanyakan buatan melalui persemaian/pembibitan.
    Pembibitan dilakukan guna memenuhi kebutuhan bibit dalam kegiatan reboisasi, penghijauan dan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pembuatan bibit dimulai dari perkecambahan benih yaitu dengan cara merendam benih tembesu ke dalam air yang telah diberi asam gibrelin (GA3) dengan konsentrasi antara 50 – 100 ppm selama 24 jam.
    Setelah waktu perendaman cukup maka airnya dibuang dan disaring dengan kertas saring kemudian diangin-anginkan, lalu ditabur di dalam bak tabur dengan media pasir bercampur tanah dengan perbandingan 1 : 2 dan disiram dengan menggunakan sprayer tangan. Setelah berumur 2 – 3 minggu maka diadakan penyapihan dengan cara masing–masing kecambah dipindahkan ke kantong plastik yang telah diisi dengan media pertumbuhan bibit. Bibit dapat dipindah atau ditanam di lapangan apabila sudah mencapai ketinggian 20 – 30 cm dengan diameter minimal 3 mm.
  4. PENANAMAN
    Tembesu dapat ditanam pada areal semak belukar/bekas tebangan dengan sistim jalur, disamping itu dapat juga ditanam di areal terbuka dengan pengolahan tanah secara total maupun ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh.
    Kegiatan penanaman meliputi :

    1. Persiapan Lapangan
      Beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam persiapan lapangan antara lain : penentuan batas lokasi, jarak tanam, jalan pemeriksaan dan batas blok dengan cara memasang ajir, pembuatan gubuk serta pembuatan lubang tanaman. Jarak tanam yang baik adalah 2,5 m x 1 m atau 3 m x 1 m, kemudian pada umur 5 tahun dilakukan penjarangan pertama. Larikan tanaman sebaiknya sejajar kontour dan lubang tanaman dibuat 7 – 15 hari sebelum ditanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm.
    2. Penanaman
      Bibit dalam kantong plastik yang telah diseleksi diangkut ke areal penanaman sejumlah kemampuan tanam per hari. Bibit ditanam pada setiap lubang dengan cara melepas kantong plastik atau menyobek bagian bawahnya. Selanjutnya dimasukkan kedalam lobang dan ditutup tanah kembali. Dalam penanaman usahakan agar akar tidak bengkok atau rusak dan tanah dalam kantong plastik tidak pecah.
    3. Pemeliharaan
      Kegiatan pemeliharaan antara lain : penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakit. Penyulaman dilakukan pada tahun pertama dan kedua, sedangkan penyiangan, pendangiran dan pemupukan dilaksanakan dua kali setiap tahun, sampai tanaman cukup besar. Pemberantasan hama dan penyakit hanya dilaksanakan apabila ada serangan atau diperkirakan akan terjadi serangan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman muda adalah kijang, sedangkan penyakit yang menyerang tanaman tembesu adalah jamur upas. Pemberantasannya dapat dilaksanakan dengan menyemprot fungisida.


      Atau sumber lain tentang tembesu : Colek disini

      Source : link
0 komentar

Perlakuan bibit pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.)

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Taksonomi dan tatanama
Famili: Apocynaceae
Sinonim: Echites scholaris L., E. pala Ham., Tabernaemontana alternifolia Burm.
Nama lokal/daerah: pulai.



Penyebaran dan habitat
Tersebar luas di Asia Pasifik mulai India dan Sri Lanka sampai daratan Asia Tenggara dan China Selatan, seluruh Malaysia hingga Australia Utara dan Kepulauan Solomon. Diintroduksi ke Amerika Utara sebagai tana-man hias.
Toleran terhada berbagai-macam tanah dan habitat, dijumpai sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan primer dan sekunder. Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan 1000-3800 mm. Juga dijumpai pada ketinggian diatas 1000 m dpl.
Salah satu sifat adalah dapat tumbuh di atas tanah dangkal tidak tumbuhnya pada sebaran alami yang suhunya kurang dari 8ºC, yang menunjukkan jenis ini tidak tahan udara dingin.

Pemanfaatan
Kayunya tidak awet, hanya memungkinkan untuk konstuksi ringan di dalam ruangan, atau untuk i pulp dan kertas. Di Patana (Srilanka) digunakan untuk kayu bakar dan dikelola dengan daur pendek (6-8 tahun), tetapi kurang baik dijadikan arang. Kulitnya mengandung alkaloid sebagai bahan obat. Kayunya banyak digunakan untuk papan tulissekolah, sehingga dinamakan scholaris.

Lukisan pohon
Pohon, yang tingginya dapat lebih dari 40 m. Batang pohon tua beralur sangat jelas, sayatan berwarna krem dan banyak mengeluarkan getah berwarna putih. Daun tersusun melingkar berbentuk lonjong atau elip. Panjang bunga lebih dari 1 cm, berwarna krem atau hijau, pada percabangan, panjang runjung bunga lebih dar 120 cm.

Diskripsi buah dan benih
Buah: Kering merekah, bumbung bercuping dua, sedikit berkayu, panjang 15-32 cm, berisi banyak benih.
Benih: panjang 4-5 mm, coklat, pipih meman-jang, dua ikat benang pada ujungnya dengan panjang 7-13 mm. Benih dapat disebar angin. Jumlah benih 37.000-87.000 butir/kg.

Pembungaan dan pembuahan
Termasuk jenis selalu hijau/tidak gugur daun. Di Australia berbunga pada Oktober-Desember. Di Sri Lanka, berbubnga dua periode setiap tahun yaitu April-Juni dan Oktober-Nopember.. Musim panen di Sri Lanka Pebruari. Di Laos berbunga pada akhir musim hujan dan benihnya dikumpulkan Pebruari-Maret. Di Vietnam, berbunga Agus-tus-September,dan berbuah Januari-Pebruari.


Bunga Pulai


Calon Buah


Buah Pulai

Panen buah
Buah dipetik langsung dari pohon atau dikumpulkan dari lantai hutan setelah dahannya digoyang. Benih masak apabila buah telah berubah menjadi coklat, tetapi pengumpulan harus dilakukan sebelum buah merekah dan benihnya tersebar. Pengumpulan harus tepat waktu, periode buah masak hingga merekah hanya 2 minggu.



Pengolahan, penanganan buah dan benih.
Setelah dipanen buah dijemursampai terbuka dan benihnya terlepasbiasanya sekitar satu minggu. Bila buah dipanen sebelum masak, perlu dilakukan pemeraman. Benih sangat kecil dan mudah tertiup angin selama pengeringan. Resiko ini dapat dikurangi dengan cara menutupkan jaring plastik selama penjemuran. Di beberapa tempat bulu benih dihilangkan, tetapi belum diketahui pengaruhnya terhadap penyimpanan dan viabilitas benih. 



Penyimpanan dan viabilitas
Fisiologi penyimpanan belum diketahui, tetapi benih ukuran kecil ini kenyataanya dapat dikeringkan, yang menunjukkan benih ortodoks. Benih segar berdaya kecambah tinggi, mendekati 100%, tetapi cepat kehilangan viabilitasnya. Benih yang disimpan selama 2 bulan dalam wadah kedap udara, dilaporkan dapat berkecambah 90%. Tidak diketahui apakah benih ini bisa bertahan pada suhu rendah.

Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Benih segar tidak mengalami dormansi sehingga tidak perlu perlakuan pendahuluan. Kemungkinan adanya dormasi sekunder perlu penyelidikan lebih lanjut.

Penaburan dan perkecambahan
Tidak ada persyaratan khusus untuk penaburan, kecuali memerlukan sinar matahari penuh.Dengan sedikit ditutup setelah penaburan, penyinaran dan penyiraman yang teratur, benih mulai berkecambah setelah 12 hari dan berlanjut sampai 3 bulan. Bibit siap tanam berukuran 30 cm setelah berumur 9-12 bulan. Stum yang berdiameter leher akarnya 6 mm juga dapat ditanam. Sambungan juga dapat dilakukan untuk jenis ini





Source : link
0 komentar

Kamis, 07 April 2011

Hutan Lindung Rengas Jambi hancur

Diposting oleh Maysatria Label: News
Jika kita datang ke hutan lindung rengas yang berada di area danau sipin jambi jika dilihat dari luar kita lihat sangatlah bagus
Lokasi : Hutan lindung rengas Provinsi jambi
Tgl       : 6 April 2 11


 

Tapi setelah masuk lebih dalam lagi ada hal yang tidak terduga telah terjadi. Areal dalam sudah kosong ditebang




 Karena kurangnya perhatian pemerintah tentang hutan yang dapat membuat hutan indonesia hancur. Disini juga terlihat tidak ada petugas keamanan yang berpatroli yang membuat para pencuri kayu leluasa menganbil kayu di hutan ini.




0 komentar

Rabu, 06 April 2011

Jenis-jenis Spesies Anggrek Langka yang Dilindungi

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Jenis-jenis Spesies anggrek langka yang dilindungi di Indonesia. Terdapat 29 spesies anggrek langka yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat kekayaan plasma nutfah anggrek terbesar kedua setelah Brasil. Dari sekitar 26.000 spesies anggrek di seluruh dunia, sekitar 5.000 hingga 6.000 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Dan tidak sedikit diantaran macam spesies anggrek itu yang merpakan jenis-jenis anggrek endemik Indonesia.
Anggrek kebutan (Ascocentrum miniatum) yang dilindungi di Indonesia
Bahkan hingga kini, jumlah spesies anggrek di Indonesia semakin bertambah dengan terus ditemukannya spesies-spesies baru. Awal 2010 silam, LIPI menemukan beberapa jenis spesies anggrek baru di Kalimantan. Spesies itu antara lain Dendrobium kelamense D.Metusala, P.O Byrne dan J.J.Wood. sebagaimana telah dipublikasikan di jurnal internasional Malesian Orchid Journal edisi Maret 2010.
Namun kekayaan plasma nutfah anggrek di Indonesia semakin hari semakin terancam. Banyak spesies anggrek yang semakin langka bahkan disinyalir punah di Indonesia. Semakin langkanya, bahkan musnah beberapa jenis anggrek diakibatkan oleh malaknya pembalakan liar, kebakaran hutan dan aksi perburuan oleh para penggemar anggrek yang tidak memperhatikan aspek pelestarian di alam aslinya.
Daftar anggrek langka yang dilindungi. Berikut adalah daftar ke-29 jenis anggrek langka yang dilindungi di Indonesia.
  • Ascocentrum miniatum (Anggrek kebutan)
  • Coelogyne pandurata (Anggrek hitam)
  • Corybas fornicatus (Anggrek koribas)
  • Cymbidium hartinahianum (Anggrek hartinah)
  • Dendrobium catinecloesum (Anggrek karawai)
  • Dendrobium d’albertisii (Anggrek albert)
  • Dendrobium lasianthera (Anggrek stuberi)
  • Dendrobium macrophyllum (Anggrek jamrud)
  • Dendrobium ostrinoglossum (Anggrek karawai)
  • Dendrobium phalaenopsis (Anggrek larat)
  • Grammatophyllum papuanum (Anggrek raksasa Irian)
  • Grammatophyllum speciosum (Anggrek tebu)
  • Macodes petola (Anggrek ki aksara)
  • Paphiopedilum chamberlainianum (Anggrek kasut kumis)
  • Paphiopedilum glaucophyllum (Anggrek kasut berbulu)
  • Paphiopedilum praestans (Anggrek kasut pita)
  • Paraphalaenopsis denevei (Anggrek bulan bintang)
  • Paraphalaenopsis laycockii (Anggrek bulan Kaliman Tengah)
  • Paraphalaenopsis serpentilingua (Anggrek bulan Kaliman Barat)
  • Phalaenopsis amboinensis (Anggrek bulan Ambon)
  • Phalaenopsis gigantea (Anggrek bulan raksasa)
  • Phalaenopsis sumatrana (Anggrek bulan Sumatera)
  • Phalaenopsis violacose (Anggrek kelip)
  • Renanthera matutina (Anggrek jingga)
  • Spathoglottis zurea (Anggrek sendok)
  • Vanda celebica (Vanda mungil Minahasa)
  • Vanda hookeriana (Vanda pensil)
  • Vanda pumila (Vanda mini)
  • Vanda sumatrana (Vanda Sumatera)
    Anggrek bulan bintang (Paraphalaenopsis denevii)
    Daftar jenis anggrek yang langka dan dilindungi di Indonesia seharusnya lebih panjang dari sekedar 29 spesies saja. Namun, semoga dengan daftar ini kita makin tergerak untuk ikut melestarikan kekayaan keanekaragaman hayati yang kita punya. Jangan spesies-spesies anggrek itu punah. Apalagi punah sebelum sempat kita kenal.
    Source : link
    0 komentar

    Sponsored

    • banners
    • banners
    • banners
    • banners

    Kategori

    • Flora dan Fauna (128)
    • Forestry (312)
    • Mangrove (82)

    Archive

    • ►  2015 (20)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  September (17)
    • ►  2014 (43)
      • ►  Agustus (13)
      • ►  Mei (9)
      • ►  April (8)
      • ►  Februari (6)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2013 (309)
      • ►  Desember (14)
      • ►  November (97)
      • ►  Oktober (28)
      • ►  September (36)
      • ►  Agustus (11)
      • ►  Juli (20)
      • ►  Juni (19)
      • ►  April (20)
      • ►  Maret (20)
      • ►  Februari (19)
      • ►  Januari (25)
    • ►  2012 (97)
      • ►  Desember (2)
      • ►  November (25)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (15)
      • ►  April (9)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (19)
      • ►  Januari (16)
    • ▼  2011 (323)
      • ►  Desember (52)
      • ►  November (27)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  Agustus (12)
      • ►  Juli (5)
      • ►  Juni (4)
      • ►  Mei (5)
      • ▼  April (16)
        • Rossi goes to campus Universitas Jambi
        • Petugas TNKS tak Kenal Ganja
        • Budidaya tanaman Akasia
        • Perlakuan bibit Pinus (Pinus merkusii)
        • Perlakuan bibit Tembesu (Fagraea fragrans)
        • Perlakuan bibit pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.)
        • Hutan Lindung Rengas Jambi hancur
        • Jenis-jenis Spesies Anggrek Langka yang Dilindungi
        • Pohon Andalas Tanaman Khas Sumatera Barat
        • Pohon Lempaung, Limpasu atau Kalampesu (Baccaurea ...
        • Jenis-jenis Bambu di Indonesia
        • Bibit trembesi (Samanea saman) untuk penghijauan
        • Teknik Perbanyakan Merbau “Sang Primadona Sumatera
        • Gmelina (Gmelina arborea)
        • Penguatan (Hardening) Pada Bibit Jabon
        • Gondorukem Dan Terpentin
      • ►  Maret (24)
      • ►  Februari (122)
      • ►  Januari (44)
    • ►  2010 (105)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (22)
      • ►  Agustus (79)

    _______________

    _______________

     

    © My Private Blog
    designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |