Pada tanggal 19 sampai 22 Juli 2004, WWF Indonesia Proyek Tesso Nilo bekerja sama dengan TVRI Stasiun Riau telah membuat liputan tentang panen madu dari pohon sialang. Sialang adalah jenis pohon yang besar dan tinggi batangnya, garis tengah batang pohonnya bisa mencapai 100 cm atau lebih, dan tingginya bisa mencapai 25 sampai 30 meter. Lebah-lebah membangun sarangnya di dahan2 pohon. Satu pohon sialang bisa berisi sampai 50 sarang bahkan lebih, dimana tiap sarang bisa berisi sampai kira-kira 10 kilogram madu asli alamiah.
Pohon sialang adalah pohon yang terdiri dari jenis Kedundung, Batu, Balau, Kruing, Ara dan lain-lain yang apabila disarangi oleh lebah hutan (apis dorsata) maka masyarakat di Sumatera khususnya Di Riau akan menamakannya pohon sialang. Pohon sialang banyak terdapat keberadaanya di hutan Tesso Nilo yang termasuk dalam wilayah 3 kabupaten:kabupaten Pelalawan, Kuantan Sengingi dan Kampar, provinsi Riau.
Keberadaan pohon-pohon sialang adalah aset sumber daya alam untuk masyarakat lokal yang hidup di sekitar hutan Tesso Nilo. Pengelolaan hutan alam berkelanjutan yang dilakukan oleh masyarakat local dicerminkan dalam pemanfaatan potensi pohon sialang. Pohon-pohon sialang dan hutan-hutan yang mengelilinginya adalah hamparan hutan yang tidak boleh diganggu atau dirusak oleh siapapun. Kalau ini terjadi, adat setempat sudah mempunyai aturan tak terulis yang memberlakukan sanksi dan denda. Sayangnya kebijakan ini sedikit demi sedikit menghilang karena mendahulukan kepentingan-kepentingan lain.
Film dokumenter ini akan digunakan sebagai alat kampanye untuk meningkatkan kepedulian masyarakat lokal, juga untuk kepentingan public yang lebih luas terutama di Riau bagi kepentingan pelestarian alam. Tradisi memanen madu tidaklah sekadar sebuah tradisi, tetapi mengandung sebuah pesan yang mengajak kita untuk peduli dan ikut melindungi alam. Disamping itu film ini dapat digunakan sebagai media promosi untuk produk Madu Tesso Nilo yang telah difasilitasi oleh WWF Indonesia.
source : link
0 komentar:
Posting Komentar