Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan salah satu rusa asli Indonesia dan termasuk satwa yang dilindungi (PP No. 7 Tahun 1999). Rusa timor memiliki keunikan tersendiri dibanding rusa lainnya. Rusa ini diketahui memiliki banyak anak jenis dengan pemberian nama lokal disesuaikan dngan nama daerahnya, misalnya di Jawa dikenal dengan nama rusa Jawa, di Timor bernama rusa Timor, di Sulawesi dengan nama Jonga dan di Maluku dengan nama rusa Maluku. Nama rusa Timor merupakan nama yang umun dipakai dan disepakati sebagai nama nasional. Rusa timor memiliki wilayah penyebaran di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. Rusa Timor merupakan rusa tropis terbesar kedua dengan berat antara 40 - 120 kg.
Rusa dapat dimanfaatkan antara lain daging, tanduk dan kulitnya. Daging rusa (venison) banyak disukai karena dagingnya berserat halus dan mengandung lemak hanya 0,33% (sapi 18,9%) dan kolesterol rendah hanya 74 mg/kg (sapi 95 mg/kg) serta memiliki rasa yang spesifik. Di Korea, China, dan Barat ranggah muda (velvet antler) dimanfaatkan sebagai racikan obat tradisional untuk penambah mineral dan vitalitas bagi tubuh, selain itu juga dipercaya dapat membantu mempercepat penyembuhan luka, menurunkan keluhan rematik, dan memperlambat proses osteoporosis. Menurut hasil analisa ranggah muda mengandung gugus polyamines yang dapat meningkatkan sintesa protein seperti yang terdapat dalam hati dan beberapa gugus phosphor dan glycolipid yang dapat mempengaruhi tekanan darah (Semiadi dan Nugraha, 2004). Kulit rusa banyak dimanfaatkan untuk bahan kerajinan tangan misalnya untuk dompet, tas, jaket, dan lain-lain. Kulit rusa hasil ternak diketahui mempunyai kualitas ketebalan dan kelenturan yang lebih bagus dari hewan ternak lainnya.
Model Penangkaran
Hal tehnis paling utama yang perlu diperhatikan dalam membangun penangkaran rusa timor adalah pemilihan lokasi. Lingkungan penangkaran sebaiknya tenang, aman dari serangan predator, dan mudah dijangkau. Lokasi penangkaran sebaiknya tersedia air sepanjang tahun, untuk mencegah rusa timor mengalami stress terutama apabila rusa tersebut masih tergolong liar. Lokasi sebaiknya juga mempunyai kondisi permukaan tanah yang tidak berbatu dengan topografi rata sampai bergelombang ringan, serta tersedia pohon/semak peneduh atau tempat berteduh buatan. Lebih baik lagi jika di sekitarnya terdapat lapangan rumput atau terdapat areal sumber pakannya.
Model penangkaran yang digunakan antara lain dapat berupa:
- Kandang biasa : Kandang biasa yang dimaksud misalnya kandang panggung atau seperti kandang kambing. Ukuran kandang untuk satu individu adalah 1,5 x 2 m. Dinding dan lantai kandang dapat menggunakan bahan dari bambu atau papan dan atap dari alang-alang. Biasanya model kandang biasa digunakan untuk penangkaran skala kecil yaitu untuk 2 pasang.
- Kandang permanen : Dinding menggunakan batako atau bata dengan tinggi 1,5 m yang diatasnya dipasang kawat harmoni dan kawat duri setinggi 1,5 m serta lantai dibiarkan berupa tanah urug. Luasan total kandang disesuaikan dengan luas lahan, biasanya di bawah 1 ha, dan dapat digunakan untuk rusa dengan jumlah maksimal dibawah 10 ekor.
- Padang umbaran (Ranch) : Pada model ini, rusa dilepaskan dalam areal terbuka yang sekelilingnya dipagari kawat harmoni atau pagar bambu. Luas lahan disesuaikan, namun idealnya 10 ekor rusa membutuhkan luas 1 ha (Garsetiasih dan Takandjandji, 2007). Dalam ranch sebaiknya ditanami rumput unggulan sebagai sumber pakan.
Model penangkaran dengan ranch membutuhkan prasarana lain:
- Bangunan peneduh/shelter : Digunakan sebagai tempat berteduh dari hujan karena mempunyai dinding atau atap saja. Atap dapat berupa alang-alang, rumbia, asbes atau seng. Bangunan ini dibuat apabila dalam ranch tidak terdapat atau kurang pohon dan semak-semak untuk berteduh.
- Tempat minum dan pakan : Tempat minum dapat berupa bak yang terbuat dari bata/batako yang dilapisi semen berukuran 100 x 50 x 30 cm yang dibenamkan dalam tanah atau juga dapat berupa kolam yang dilengkapi dengan saluran pembuangan air. Rusa memerlukan air selain untuk minum juga untuk berkubang. Tempat pakan dibuat apabila pakan dalam kandang/ranch kurang mencukupi sehingga perlu tambahan dari luar. Tempat pakan dapat berupa kotak yang terbuat dari papan atau bambu, disusun rapat dengan ukuran 200 x 50 x 30 cm atau berbentuk segi 6 ukuran 50 x 75 dan tinggi 30 cm dari permukaan tanah.
- Areal pengembangan pakan :Areal pengembangan pakan merupakan sarana dan prasarana yang sangat penting karena pakan diperlukan rusa untuk berproduksi dan berkembangbiak. Dalam areal ini dapat ditanam beberapa jenis hijauan yang diperlukan rusa misalnya berbagai jenis rumput. Luas lahan yang diperlukan untuk 11 ekor rusa adalah seluas ± 0,3 Ha. Hal ini dilihat dari jumlah pakan yang dikonsumsi seekor rusa dewasa yaitu 4 - 5,7 kg/individu/hari (P3HKA,2004) dengan jumlah rata-rata produksi pakan dalam 1 ha. Rata-rata produksi pakan pada setiap daerah berbeda, hal ini tergantung kondisi tanah, iklim, jenis tanaman pakan serta pemeliharaannya. Untuk pakan jenis rumput unggul misalnya rumput gajah dapat menghasilkan 100 - 200 ton/ha/tahun (Rukmana, 2005). Sedangkan menurut Takandjandji dan Sutrisno (2006) di wilayah NTT yang kondisi iklim relatif kering, produksi pakan pada areal 1 ha menghasilkan rata-rata 135 kg/ha/ tahun. Areal pengembangan pakan ini perlu dilakukan pemeliharaan yang intensif agar kualitas dan kuantitas tetap terjaga. Pemeliharaannya yaitu dengan melakukan penyiangan dan pendangiran setiap 3 - 4 kali dan pemupukan 1-2 kali dalam setahun.
- Kandang perawatan : Kandang perawatan adalah kandang kecil berbentuk lonjong atau berbentuk persegi dengan ukuran 10 m x 10 m yang tertutup rapat berdinding papan, beratap seng atau rumbia serta berlantai semen atau biasa disebut yard kemudian di dalamnya dipasang kandang jepit. Kandang perawatan dapat digunakan untuk merawat rusa bunting, anak rusa, rusa sakit, rusa melahirkan, atau untuk memeriksa kesehatan rusa.
Teknik Pemeliharaan
Beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam memelihara rusa Timor yaitu teknik pemberian pakan, cara pengelompokkan, pemeriksaan kesehatan rusa dan pengelolaan perkembangbiakan rusa.
- Teknik pemberian pakan : Pemberian pakan dapat dilakukan dengan membiarkan rusa merumput (grazing). Biasanya dilakukan pada penangkaran dengan model kandang berupa umbaran/ranch atau diberikan dari luar yaitu dengan pengaritan (cut and carry). Jenis pakan yang diberikan dapat berupa hijauan (beberapa jenis rumput dan beberapa jenis legum misalnya turi, lamtoro, kacang gude, daun pilang, sayuran dan lain-lain) dan pakan tambahan dapat berupa konsentrat (dedak padi, jagung giling, ampas tahu, bungkil kelapa) serta pakan yang murah misalnya limbah pertanian berupa daun dan tangkai kacang kedelai, kacang tanah, kulit jagung, dan lain-lain.
- Cara pengelompokan rusa : Rusa perlu dikelompokkan berdasarkan status fisiologinya, misalnya kelompok rusa yang disapih, rusa bunting, melahirkan dan menyusui, rusa jantan siap kawin, rusa betina siap kawin dan sebagainya. Pengelompokkan rusa dimaksudkan untuk pengaturan pemberian pakan dan perkawinan, menjaga rusa jantan agar tidak mengganggu rusa lain, menjaga ketenangan induk melahirkan dan merawat anak dan memudahkan dalam merawat dan mengobati rusa sakit.
- Pemeriksaan kesehatan rusa : Pemeriksaan kesehatan dilakukan rutin minimal setahun sekali terutama saat musim hujan. Menurut beberapa pengalaman, penyakit yang sering menyerang adalah pneumonia (radang paru-paru) akibat dari kandang yang becek dan basah, infeksi cacing, dan stres. Pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan oleh ahli medis.
- Pengelolaan perkembangbiakan : Diketahui rusa Timor atau rusa tropis lainnya melakukan perkawinan secara alami hampir sepanjang tahun. Waktu yang pasti masih perlu dilakukan penelitian, akan tetapi ada yang menyebutkan biasa terjadi pada bulan Januari-Februari. Untuk mengetahui rusa siap kawin dapat dilihat dari ciri-ciri fisiologinya. Rusa jantan diperlihatkan saat ranggah (tanduk) mulai tumbuh dimana kualitas dan kuantitas sperma yang paling baik yaitu pada saat ranggah keras, selain itu adalah kebiasaan rusa berkubang, meraung-raung dan suka menanduk. Sedangkan rusa betina dilihat dari nafsu makan yang berkurang, tidak tenang, sering kencing, mencium dan menjilati kelamin jantan, vulva terlihat bengkak berwarna merah dan hangat bila dipegang serta berdiri tenang apabila dinaiki pejantan. Ketika meiihat ciri-ciri tersebut sebaiknya rusa dipisah dan dikelompokkan di tempat tersendiri. Selain secara alami, perkawinan dapat dilakukan dengan bantuan teknologi reproduksi antara lain dengan inseminasi buatan, invitro/ pembuahan di luar kelamin betina, sikronisasi dan transfer embrio.Yang perlu menjadi catatan, rusa timor juga boleh dikawin silang pada keturunan F2.
Penutup
Hal penting yang harus diperhatikan dalam menangkar rusa adalah tetap berkoordinasi dengan petugas dari BKSDA propinsi setempat, karena rusa merupakan satwa yang dilindungi. Bila penangkaran rusa telah mencapai 300 ekor dengan campuran jenis, dapat mengajukan ijin peternakan dan berkoordinasi dengan Dinas Peternakan propinsi setempat.
Source :Duabanga,Warta Balai Penelitian Kehutanan Mataram Vol.3 No.1 Juni 2009.Penangkaran Rusa Timor (Dewi Maharani).
Source :Duabanga,Warta Balai Penelitian Kehutanan Mataram Vol.3 No.1 Juni 2009.Penangkaran Rusa Timor (Dewi Maharani).
0 komentar:
Posting Komentar